Lambang Tut Wuri Handayani tidak absurd bagi kita. Yah, lambing tersebut sering kita pergunakan sebagai kop surat di sekolah maupun dalam cover buku dan laporan pendidikan. Namun tahukah kita bagaimana sejarah dibuatnya lambang Tut Wuri Handayani itu? Kapan pertama kali kementerian pendidikan dan kebudayaan mempergunakan lambing tersebut sebagai logo resminya?
Lambang Tut Wuri Handayani diresmikan pertama kali pada tanggal 6 September 1977 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjaref Thajeb. Dalam pidatonya Bapak Sjaref Thajeb mengungkapkan latar belakang diresmikan lambang ini yakni alasannya melihat banyaknya instansi di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mempergunakan lambang sendiri-sendiri. Sehingga ini dipandang tidak memperlihatkan kordinasi, persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam badan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain latar belakang tersebut, pembuatan lambang ini dimaksudkan supaya bisa menggambarkan kiprah dan fungsi Departemen dalam perjuangan mendidik, mencerdaskan dan membudayakan kehidupan bangsa. Pembuatan lambing tersebut merupakan hasil sayembara yang diselenggarakan oleh Panitia yang berhubungan dengan ASRI dan ITB.
Makna lambang Tut Wuri Handayani
Penggunaan lambang Tut Wuri Handayani dalam badan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diperkuat dengan dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0398/M/1977 tanggal 6 September 1977. Dalam SK tersebut juga disebutkan makna dari lambang Tut Wuri Handayani yakni sebagai berikut:
Penggunaan lambang Tut Wuri Handayani dalam badan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diperkuat dengan dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0398/M/1977 tanggal 6 September 1977. Dalam SK tersebut juga disebutkan makna dari lambang Tut Wuri Handayani yakni sebagai berikut:
- Belencong menyala bermotif garuda. Belencong (menyala) merupakan lampu yang khusus dipergunanakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong menciptakan pertunjukkan menjadi hidup. Burung Garuda (yang menjadi motif Belencong) menawarkan citra sifat dinamis, gagah perkasa, bisa dan berani berdikari mengarungi angkasa luas. Ekor dan sayap garuda digambarkan masing-masing lima, yang berarti : “satunya kata dengan perbuatana Pancasilais”
- Buku. Buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang sanggup bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- Bidang segi lima (biru muda). Menggambarkan alam kehidupan Pancasila
- Semboyan TUT WURI HANDAYANI. Digunakan oleh Ki hajar Dewantara dalam melakukan system pendidikannya. Pencantuman semboyan ini berarti melengkapi penghargaan dan penghormatan kita terhadap almarhum Ki hajar Dewantara yang hari lahirnya telah dijadikan Hari Pendidikan Nasional.
- Warna. Warna putih oada ekor dan sayap Garuda dan buku berarti suci, higienis tanpa pamerih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian. Warna biru muda pada bidang segi lima berarti dedikasi yang tak kunjung putus dengan mempunyai pandangan hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila)
Share This :
comment 0 comments
more_vert